Wednesday, 30 March 2016

LISUNG The Dago Boutique Resto Bandung


Blog saya kali ini berbicara seputar kuliner. Jadi sewaktu saya masih kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung aku dan 4 orang teman kontrakan keluar malam mingguan untuk nyobain tempat kuliner baru.
Sebelum berangkat, kami googling-googling dulu tempat yang ada di sekitaran Dago atas. Kenapa kami pilih Dago atas, karena tempatnya nggak terlalu jauh dari kontrakan, suasananya lebih adem, dan banyak pilihan tempat kuliner. Kriteria tempat yang kami cari waktu itu, punya menu dan tempat yang nggak biasa.
Akhirnya tanpa disengaja ketemulah tempat makan yang namanya “Lisung”. Katanya sih tempatnya romantis. Eitss… tahan dulu, tentu saja ini bukan alasan kami satu-satunya memutuskan untuk pergi ke sana. 
Kriteria menu dan tempat yang nggak biasa, menurut kami dua-duanya terpenuhi di sana. Tempatnya unik. Suasananya cukup tadisional. Bangunannya model tradisional yang pondasi (Btw yang bener pondasi atau fondasi hayo? :D) dan interiornya didominasi oleh kayu. Dari sana kita dapat melihat view gemerlap lampu Kota Bandung (kalau ke sana malam hari tentunya).
Menunya juga terdengar cukup unik. Di beberapa blog yang sempat kubaca, di antaranya menyebutkan menu nasi panggang kompeni. Menu tersebut sukses membuat aku jadi penasaran. Mungkin yang agak mengganjal di hati, ehm, harganya yang nggak bisa dibilang murah juga. Nggak apa-apalah, sekali-sekali makan enak.
Menu di Lisung The Dago Boutique
Rute ke sana cukup gampang. Tinggal ikuti aja rute angkot Ciroyom-Ciburial yang ke arah Ciburial (tapi kalau malam, angkotnya udah nggak ada yang lewat kayaknya). Dari Simpang Dago jalan ke atas terus. Terminal Dago jadi check point pertama. Jalan lurus aja terus, jangan belok ke kiri. Tapi kamu bisa naik mobil pribadi atau motor ke arah dago pakar.
Check point kedua adalah pertigaan Tahura (Taman Hutan Rakyat) Ir. H. Djuanda. Di pertigaan tersebut masih lurus terus, tapi mulai siap-siap untuk belok kiri. Tepatnya setelah papan penunjuk jalan Sierra Cafe & Lounge, belok kiri. Habis itu lurus terus menyusuri jalan utama sampai ketemu Lisung The Dago Boutique Resto. Lumayan jauh sih sejak belokan tadi. Sepanjang jalan itu kita bakal melewati banyak resto yang berada di kanan kiri jalan juga.
Lisung ini ada di sisi kanan dan kiri jalan. Yang sebelah kiri sepertinya bangunan baru. Kami waktu itu memilih untuk masuk ke bangunan yang berada di sebelah kanan.
Suasananya lumayan ramai waktu itu. Namun jangan khawatir, di sana ada banyak meja kok. Tapi sayangnya meja dengan view yang menghadap ke pemandangan kota Bandung lagi isi semua waktu itu.
Oh ya, ada yang menarik di Lisung ini. Tahu “Love Padlocks” yang populer di Paris, Seoul, dan belahan dunia lainnya. Di sini pun juga ada. Namun untuk bisa ikutan pasang gembok di sana, harus daftar dulu ke manajemen Lisung. Ada biayanya kalau aku tidak salah. Gembok akan terpasang di sana selama 1 tahun.
Love Padlocks di Lisung
Malam itu aku memesan menu Nasi Panggang Kompeni (Rp49.000). Sebenarnya aku sempet bingung juga mau pesan menu yang mana. Soalnya pilihannya banyak, dan dari foto-fotonya semua tampak menggoda. Tapi karena niat dari awal sebelum berangkat pingin nyobain nasi panggang kompeninya, akhirnya aku bisa menahan godaan untuk berganti menu yang lain haha. Untuk minumnya aku pesan es Milkshaked cokelat (Rp24.000). Sementara itu teman-teman yang lain untuk makanannya pesan menu Lisung Pizza (Rp62.000), Bebek Bumbu Hijau (Rp49.000), Konro Steak Lisung (Rp69.000).
Sayangnya, pada pengalaman pertama kami ke Lisung ini, kami dibuat kecewa dengan pelayanannya. Lama sekali pesanan kami diantar. Setelah setengah jam, pesanan Bebek Bumbu Hijau dan Lisung Pizza datang duluan. 15 Menit kemudian Konro Steak Lisung datang. Sekitar 15 menit kemudian baru pesananku, Nasi Panggang Kompeni, datang. Sekitar 5 menit sebelum itu, minuman yang kupesan untungnya datang lebih dahulu. Hmm… total ada 1 jam aku menunggu pesanan.

Entahlah. Mungkin karena malam itu malam Minggu dan kebetulan tengah ramai pengunjung. Pelayannya kulihat tampak cukup hectic. Untungnya suasananya cukup nyaman dibuat berlama-lama di sana. Aku dan teman-teman menghabiskan waktu menunggu dengan mengobrol banyak ngalor-ngidul.
Soal rasa, menurutku Nasi Panggang Kompeni enak banget. Rasanya memang unik. Nggak nyesel aku pesan menu ini. Lahap banget aku makannya. Mungkin karena memang udah lapar juga nungguin lama hehe.
Walaupun agak kecewa dengan lamanya pelayanan pesanan kami di pengalaman pertama ini, kayaknya next time masih pingin nyobain lagi ke sini. Tempatnya memang enak sih dipakai nongkrong lama-lama dan suasananya romantis. Pingin nyobain menunya yang lain juga di sana.
Soal tempat sholat, jangan khawatir. Di sana ada mushola yang cukup nyaman digunakan untuk sholat. Tempatnya bersih dan cukup luas.
Mungkin lain waktu apabila saya berkesempatan untuk kembali ke Kota Bandung saya akan mengulang kembali makan di tempat ini.
Pizza
Gemerlap lampu Kota Bandung dari Lisung



Top Selfie Pinusan Kragilan, Menikmati Wisata Hutan Pinus di Magelang

Selfie di Hutan Pinus Kragilan Magelang

Magelang seolah tak berhenti menebar pesona, kali ini ada tempat wisata yang sedang menjadi tren baru di Magelang, wisata hutan pinus. Wisata alam yang tidak kalah menarik dan wajib dikunjungi bagi para travelers saat berkunjung ke Magelang adalah top selfie pinusan Kragilan. Mendengar nama tempatnya saja mungkin sudah banyak yang menebak kalau tempat ini adalah tempat yang pas dan cocok untuk berburu foto terutama foto selfie. Tempat ini juga tidak jauh dari lokasi objek wisata Ketep Pass, maka dari itu sungguh sangat disayangkan kalau dilewatkan begitu saja.

Pemandangan yang ditawarkan top selfie kragilan adalah berupa pepohonan pinus yang rimbun dan rindang. Pohon pinus sendiri merupakan pohon yang biasa sering dijumpai di dataran tinggi atau daerah pegunungan. Yang lebih menariknya lagi adalah top selfie kragilang mudah dijangkau dan berada di pinggir jalan, serta sudah ada papan petunjuk bertuliskan Top Selfie Kragilan. Jadi para pengunjung tidak akan kebingungan mencari lokasinya.

Berfoto bersama teman sambil menikmati suasana hutan pinus
Lokasinya berada di Kaponan, Pakis, yang merupakan kecmatan paling ujung di Magelang dan berada di lereng Merbabu. Tentunya hawa dingin langsung menyergap begitu saya sampai di lokasi Top Selfie Pinusan Kragilan. Wisata ini masih baru, sebulanan ini baru jadi tren karena banyak yang posting di facebook dan instagram, hutan pinus yang menjadi perbincangan lokal di Magelang.

Pengunjung terus mengalir ketika saya datang, pasti mereka sama penasarannya dengan saya, penasaran dengan hutan pinus ini. Tiket masuk hanya Rp 3.000 untuk motor dan Rp 5.000 untuk mobil, tidak ada pungutan lain selain tiket itu tadi.

Hutan pinus ini terletak di lereng bukit, tidak tampak dari pinggir jalan raya. Pengunjung harus mengikuti jalanan beton sempit menuju hutan pinus. Lantas setelah merayapi bukit, kita akan tiba di lereng yang terlindungi bukit dan di sinilah lokasi Top Selfie Pinusan Kragilan berada. Sejauh mata memandang memang hanya ada pinus, hutan ini tersembunyi sampai lokasi wisata ini kemudian dipopulerkan.

Dinamai Top Selfie karena memang banyak yang berfoto selfie di tempat ini. Turunan curam menuju tempat parkir memang menjadi spot selfie paling populer, mulai selfie dengan tongsis dan hape sekadarnya sampaiselfie serius dengan kamera DSLR, orang-orang datang dan ber-selfie dengan rupa-rupa gaya mereka.

Hutan Pinus ini memang indah, teduh saat siang, tenang semilir angin, cocok untuk yang ingin bersantai dari penat. Bagi penghobi foto, bisa mengeskplorasi hutan pinus ini yang belum semua terjelajahi, dijamin akan menemukan titik foto bagus di tempat ini.

Selfie
Ada beberapa bagian hutan pinus yang dibangun seperti tempat parkir motor dan mobil, beberapa warung dan juga dek yang dipasang di pohon pinus. Untuk mengeksplorasi tempat ini sudah ada jalan setapak menuju bagian dalam hutan pinus. Sekilas hutan ini tampak kecil, tapi setelah dijelajahi rupanya luas juga dan melelahkan.

Jika ingin bertualang bisa menuruni lereng hutan pinus dan menuju Sungai Selo Tumpang. Ketika saya turun ke sungai rupanya debit airnya sedang kering karena musim kemarau. Pemandangan ketika menuruni lereng sangat magis, pinusnya merunduk teduh, menyapa hangat pengunjung yang datang.

Swadaya Warga Setempat

Top Selfie Pakisan Kragilan baru populer sebulan ini dan baru mulai dikembangkan sejak dua bulan silam. Siapakah di balik kepopuleran tempat ini? Masyarakat, warga Kragilan-lah yang mengembangkan, mempromosikan dan mengelola tempat ini.

Warga Kragilan kemudian membuat struktur organisasi pengelola. Mereka yang termasuk pengelola mengenakan seragam biru hitam dan berbagi tugas, mulai dari mengatur jalan, menjaga loket masuk, menjaga tempat parkir sampai menjadi pemandu yang tersebar di area Top Selfie Pakisan Kragilan.

Saya salut dengan semangat warga ini, pemasukan yang didapatkan dari loket masuk akan masuk ke kas dusun kemudian bagi hasil dengan warga yang turut mengelola tempat ini. Garis organisasinya tampak jelas di lapangan, ada koordinatornya, ada penanggungjawabnya dan semuanya bekerja dengan tugasnya masing-masing.

Lokasi Top Selfie Pinusan Kragilan
Top selfie Kragilan berada di desa Pogalan, dusun Kragilan, kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang

Ada 4 rute yang bisa digunakan para pengunjung. Yang pertama melalui jalur alternatif Salatiga kemudian ambil arah menuju ke Kopeng. Setelah itu melewati jl.Magelang - Salatiga kemudian melewati Jl. Getasan dan melewati jl. Magelang - Salatiga lagi. Setelah itu melewati jl. Ketep Kopeng. Jarak antara jalur alternatif Salatiga hingga ke lokasi lumayan jauh, bisa sampai kurang lebih 30 menit perjalanan. Saat melewati jl. Ketep Kopeng tepatnya saat melewati turunan tajam yang dikelilingi pohon pinus dan ada jembatannya berjalanlah pelan pelan karena habis tanjakan objek wisata top selfie berada di kanan jalan. Persis di tikungan. Yang berikutnya melalui Magelang kota dengan menggunakan rute jl. Soekarno - Hatta kemudian belok kanan di jl. Magelang - Salatiga. Lurus terus hingga sampai ke jl. Ketep Kopeng dan ikuti petunjuk seperti diatas. Yang berikutnya menggunakan rute Boyolali melalui daerah Selo. Dari Selo ikuti jalan sampai ke persimpangan jl. Boyolali Blabak / Ketep Pass. Kemudian ambil arah ke atas dengan menggunakan rute jl.Ketep pass. Dari lokasi ketep pass objek wisata top selfie berada di kiri jalan. Yang terakhir adalah rute dari Magelang kota melalui daerah Mungkid dengan menggunakan rute Sawangan, tepatnya melalui rute jl.Boyolali Blabak. Ikuti jalan hingga ke Ketep Pass dan lurus terus objek wisata top selfie berada di kiri jalan. Objek wisata top selfie pinusan Kragilan berada di jl. Ketep Kopeng

Medan yang akan dilewati para pengunjung entah itu dari arah Magelang, Salatiga ataupun Boyolali sama sama menanjak dan berkelok tajam. Pastikan sebelum berangkat cek keadaan mesin kendaraan dalam kondisi prima dan siap tempur. Untuk menuju ke lokasi top selfie Kragilan pengunjung bisa menggunakan kendaraan motor atau mobil.

Di sisi - sisi pepohonan pinus sudah mulai dikembangkan dan di bangun berupa tempat duduk yang nyaman. Sehingga para pengunjung yang mampir kesini bisa merasakan sensasi berada di kawasan hutan pinus yang rindang dan sejuk. Yang menarik adalah kawasan wisata ini berada di lereng gunung Merbabu, saat cuaca sedang cerah maka akan terlihat jelas pemandangan hamparan gunung Merbabu di dekat pintu masuk.

Adapun ujung jalan dari objek wisata ini adalah daerah perkampungan warga sekitar. Sedangkan fasilitas yang ada disini sudah ada :
- Mushola
- Toilet
- Tempat sampah
- Kantin / warung makan
- Lokasi parkir yang nyaman
- Flying fox ( Rp.10.000 )

Bagi para travelers yang berkunjung ke objek wisata Ketep Pass tempat wisata ini bisa menjadi tambahan tujuan. Karena tanggung sekali jarak antara Ketep Pass dan pinusan Kragilan kurang lebih 15 menit. Sayang kan kalau tidak coba dikunjungi. Selain itu harga tiket masuknya juga terbilang murah.

Monday, 21 March 2016

Galaunya Manusia Tanpa Handphone

dilansir dari detik.inet
Jakarta - Orang Indonesia ternyata lebih lengket dengan smartphone ketimbang menonton TV maupun radio. Dalam catatan lembaga riset GfK, tercatat 61% warga di kota Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya, memiliki ponsel pintar.

Rata-rata pemakaian smartphone mereka 5,5 jam per hari dan puncaknya terjadi pada malam hari. Kebiasaan menggunakan smartphone malah lebih lama dibandingkan saat mereka melihat televisi yang cuma menghabiskan 4 jam per hari, dan mendengarkan radio sekitar 60 menit saja.

Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi sejumlah perusahaan khususnya di bidang teknologi informasi komunikasi (ICT), fast moving consumer good (FMCG), dan elektronik untuk memantau perilaku konsumen.

"Kondisi sekarang berbeda dengan 10-15 tahun lalu, terutama untuk mengetahui perilaku konsumen,” ujar Guntur Sanjoyo, Managing Director GfK Indonesia, dalam email yang diterima detikINET, Rabu (23/9/2015).

Media di masa lalu dengan mudah didefinisikan melalui perangkat yang mereka tampilkan. Program televisi hanya muncul di media TV, sedangkan berita dan artikel di majalah hanya muncul dalam bentuk media cetak. Namun, sekarang seiring dengan perkembangan internet dan connected device kini program TV dan majalah juga bisa dilihat melalui laptop, tablet dan ponsel.

Karena itu, kata Guntur dengan pertumbuhan konektivitas internet yang tinggi terutama di kelas menengah di Indonesia telah menciptakan kebutuhan yang besar akan data berkualitas tinggi untuk memahami perilaku konsumen lokal yang kompleks dalam penggunaan media.

Hal ini dibutuhkan sejumlah metode dan perangkat pengukuran yang andal, efisien dan akurat secara lintas media untuk mengetahui perilaku konsumen saat ini. Untuk menjawab tantangan tersebut, kata Guntur, GfK memperkenalkan Crossmedia Link yang mampu mengukur perilaku konsumsi konsumen secara efektif melalui penggunaan media berteknologi tinggi.

Indonesia terpilih sebagai pasar pertama di Asia Pasifik untuk mengembangkan Crossmedia Link karena termasuk negara yang memiliki pertumbuhan pasar tercepat di seluruh dunia dari segi penetrasi dunia online, Internet, pendapatan iklan dan e-commerce. Selain Indonesia, Crossmedia Link saat ini juga tersedia di Turki, Rusia, Brazil, Jerman, Belanda, Polandia, Afrika Selatan , Inggris dan Italia.

Salah satu indikasi bisa dilihat dari data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang menyebutkan bahwa penetrasi internet di Indonesia masih rendah, sekitar 35% dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252,4 juta orang. Belum lagi potensi pasar smartphone yang diprediksi bisa mencapai 120 juta unit per tahun dimana saat ini baru 40 juta unit per tahun.

Diluncurkannya GfK Crossmedia Link (GXL) ini untuk menjawab perkembangan teknologi yang demikian pesat. “Dalam era digital seperti sekarang ini menjadi hal yang wajib bagi para pemilik website untuk memahami perjalanan konsumen di dunia digital. Tujuannya agar bisa menolong mereka dalam mengungguli para kompetitor,” ujarnya.

GXL ini menggunakan teknologi LeoTrace dengan single-source panel atau data satu sumber lintas media terpercaya yang secara efektif memonitor perilaku konsumen lewat berbagai layar termasuk desktop, smartphones dan tablets. Caranya dengan membenamkan sebuah software milik Gfk ke dalam berbagai perangkat setiap panel (smartphones, tablet, desktop dan laptop).

“Saat ini telah dilakukan uji coba dimana ada sebuah panel berisi 6.000 orang melintasi lima kota-kota utama di Indonesia tengah dibangun dan secara otomatis memonitor penggunaan dan perilaku mereka lewat perangkat-perangkat ini. Selain itu, penggunaan TV dan media cetak juga diukur secara periodik,” ujar William S Kusuma, GXL Indonesia Commercial Lead, Consumer Choices, GfK Indonesia.

Dengan kemampuan GXL yang bisa diandalkan ini akan mendukung pengukuran dan perencanaan strategi media untuk perusahaan-perusahaan global ataupun lokal. Para merk dan pengiklan bisa memasang target, memonitor dan mengevaluasi kampanye iklan mereka dengan lebih baik lagi, menggunakan cara profiling yang lebih jitu dan tepat sasaran serta mampu mengevaluasi keefektifan kampanye lewat berbagai media yang berbeda.

Di Indonesia, Croosmedia Link dilakukan berdasarkan pada monitor digital secara pasif dikombinasikan dengan diary inputs untuk TV, radio dan media cetak. “Set data kami yang unik memungkinkan para klien untuk memahami kompleksitas perilaku media saat ini dan menciptakan hubungan diantara segmentasi data yang dimiliki mereka hari ini,” pungkas William

Menurut penulis, kasus yang penulis angkat ini sangat berhubungan sekali dengan Teori Uses And Gratification, dimana teori itu menjelaskan bahwa seseorang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan atau hasil tertentu. Awal penelitian teori ini sudah dimulai sejak tahun 1940 an, lalu selanjutnya pada tahun 1948 Lasswell menyampaikan empat interprestasi fungsional dari media di tingkat macrosociological. Media mencakup fungsi pengawasan, kolerasi, hiburan, dan transmisi budaya bagi masyarakat dan individu, lebih lanjut dalam tahapan awal Herta Hezog (1944) dia berusaha membagi alasan-alasan orang melakukan bentuk-bentuk yang berbeda mengenai perilaku media. Selain itu Teori Uses And Gratification adalah sebagai perluasan dari teori kebutuhan dan motivasi (Maslow, 1970), dalam teori kebutuhan dan motivasi Abraham Maslow menyatakan bahwa orang secara aktif berusaha untuk memenuhi hirearki kebutuhannya.


Memang kita sebagai makhluk sosial tidak dapat lepas dari yang namanya teknologi, kita perlu teknologi untuk mendapat informasi yang ada dimanapun dan kapanpun dengan melalui media handphone kita sendiri. Sebenarnya penggunaan handphone merupakan hal yang baik atau wajar tetapi jika menggunakannya dengan berlebihan atau tidak wajar itu akan membuat kita menjadi kecanduan atau tidak bisa lepas dari handphone itu sendiri. Alangkah baiknya jika kita menggunakan handphone dengan bijak dan tidak menggunakannya dengan cara yang berlebihan.

Kita tahu sendiri bahwa didunia ini perkembangan teknologi sangat pesat sekali, dan bahkan semua informasi yang ada di internet dapat kita peroleh melalui Handphone kita sendiri tentunya. Memang tidak bisa dipungkiri kalau di zaman yang sudah berkembang dan maju seperti sekarang ini, kebanyakan dari kita punya yang namanya telepon genggam atau yang biasa disebut juga dengan Handphone. Dari anak anak kecil sampai orang dewasa pun memiliki handphone, Keberadaan handphone memang sangat dibutuhkan sekali bagi semua orang yang hidup di zaman yang sudah berkembang ini. Terlebih bagi orang-orang yang sibuk atau bekerja, pasti keberadaan handphone sangat berguna sekali bagi mereka. Karena dengan adanya handphone mereka dapat berkomunikasi dengan siapapun, kapanpun, dan dimanapun.

Handphone juga dapat membantu kita berkomunikasi dengan keluarga, kerabat, atau teman kita yang letaknya jauh dari kita. Sehingga kita dapat berkomunikasi langsung dengan mereka melalui handphone, tapi tahukah bahwa dengan munculnya handphone membuat manusia bergantung sekali dengan benda satu ini? kemanapun kita pergi pasti kita membawa handphone, dimanapun kita berada pasti kita tidak pernah lepas dari yang namanya handphone. Padahal dulu sebelum ada handphone kita merasa biasa aja, tapi sekarang? Kalau kita tidak bawa handphone rasa nya pasti cemas, gelisah, bahkan dengan kita tidak membawa handphone atau lupa membawa handphone terkadang kita merasa stress dan bingung mau melakukan apa.

Kita harus berhati-hati jika kita sudah merasakan hal-hal seperti itu, karena itu merupakan tanda-tanda nomophobia. Biasa orang-orang nomophobia menggunakan handphone ditempat dan waktu yang tidak biasa, seperti di toilet, di saat menyetir mobil atau pun motor. Orang-orang nomophobia tersebut tidak akan berhenti menggunakan handphone nya kecuali baterai handphone nya itu habis, dan dengan tidak sengaja pula hal itu dapat membuat mereka kurang bersosialisasi dengan orang disekitar mereka.